Mengenal Isi Cerita Malin Kundang dan Pesan Moral yang Ingin Disampaikannya

Legenda Malin Kundang menjadi salah satu cerita rakyat yang populer. Cerita Malin Kundang berasal dari Padang, Sumatra Barat, dengan latar budaya minang yang kental yang menceritakan tentang sosok anak durhaka.

Kisah Malin Kundang seringkali dikaitkan dengan keberadaan batu yang disebut – sebut merupakan jelmaan dari sosok Malin, yaitu tokoh utama dalam legenda tersebut. Daya tarik dari cerita Malin Kundang adalah pesan moral yang tersirat di dalam kisahnya.

Sama seperti legenda lainnya, cerita Malin Kundang juga mengandung pesan moral yang bermanfaat sebagai pengingat bagi para pembacanya. Jika kamu ingin mengetahui apa isi cerita Malin Kundang dan pesan moral yang ingin disampaikannya, kamu bisa simak ulasan di bawah ini!

Cerita Malin Kundang

Mengenal Isi Cerita Malin Kundang Dan Pesan Moral Yang Ingin Disampaikannya
Mengenal Isi Cerita Malin Kundang dan Pesan Moral yang Ingin Disampaikannya

Pada zaman dahulu di sebuah dusun nelayan, atau lebih tepatnya di Sumatra Barat, hiduplah Malin Kundang seorang anak laki – laki yang tinggal bersama ibunya, yaitu Mande Rubayah. Ayahnya sudah lama pergi meninggalkan sang ibu dan anak semata wayangnya itu. Walaupun tanpa sosok ayah, Malin tumbuh menjadi anak cerdas dan pemberani, namu ia sedikit nakal.

Malin dan ibunya hidup serba kekurangan. Hingga suatu waktu saat Malin telah beranjak dewasa, ia berpikir untuk pergi ke negeri seberang mencari peruntungan. Ia berharap nantinya saat kembali ke kampung halaman, telah menjadi saudagar kaya raya. Ia tertarik dengan ajakan seorang nahkoda kapal dagang yang awalnya miskin sekarang telah menjadi seseorang yang kaya raya.

Tekadnya yang makin kuat, membuat Malin meminta izin kepada sang ibu. Mande Rubayah sempat tak menyetujuinya, namun karena Malin terus mendesak akhirnya sang ibu mengizinkan juga.

Keberadaan Malin di kapal itu ternyata sangat disukai, karena ia selain sangat rajin namun juga selalu siap menolong dan seorang pekerja keras.

Hingga beberapa tahun berlalu, Malin kini telah menjadi seorang nahkoda yang mengepalai banyak kapal dagang dan ia juga berhasil memperistri salah seorang putri raja yang memiliki paras cantik jelita.

Kabar kesuksesan Malin sampai kepada sang ibu. Setiap hari, ibunya menyempatkan diri pergi ke dermaga berharap bisa bertemu dengan Malin. Hingga suatu ketika, sampailah kapal mereka di kampung tempat Malin Kundang dulu dibesarkan. Ia pun turun dari kapal dan kemudian disambut ibunya.

Namun, Malin justru segera melepaskan pelukan sang ibunda dan mendorongnya hingga terjatuh. Ia berpura – pura tidak mengenal ibunya, karena merasa malus melihat sang ibu yang sudah tua dan mengenakan pakaian compang – camping.

Melihat tingkah Malin Kundang yang congkak di hadapan istrinya, hati Mande Rubayah sangat sakit. Sang ibu melihat kapal anaknya yang bertolak dari pantai, lantas berdoa dalam hatinya agar Tuhan menghukum anaknya itu.

Tidak lama setelah kapal anaknya bertolak, badai pun datang. Air laut yang bergelora menerjang dan membanting kapal besar nan sangat megah yang dinaiki Malin Kundang. Bangkai kapal berhamburan dan segala isinya, lalu kapal itu hancur dan badai pun reda.

Selain ada serpihan pecahan kapal, namun di pantai itu juga terlihat sebuah batu karang yang menyerupai sosok Malin Kundang yang sedang bersimpuh.

Pesan Moral Cerita Malin Kundang

Adapun nilai moral yang bisa diambil dari kisah Malin Kundang adalah jangan menyakiti hati orang tua, karena doa keduanya sangat mudah dikabulkan. Bisa dilihat dari doa ibunda Malin Kundang yang menginginkan anaknya menjadi batu dan Malin pun langsung menjadi batu.