Perubahan iklim kini bukan sekadar ancaman, melainkan kenyataan yang dihadapi seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dalam dua dekade terakhir, suhu rata-rata global meningkat hingga 1,1°C, menyebabkan cuaca ekstrem dan gangguan ekosistem di berbagai daerah. Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa tahun 2024 menjadi salah satu tahun terpanas dalam sejarah Indonesia dengan peningkatan frekuensi kebakaran hutan dan banjir di 20 provinsi.
Situasi ini menjadi peringatan bahwa upaya pelestarian lingkungan harus dimulai sejak dini melalui pendidikan. Sekolah dan kampus sebagai pusat pembelajaran memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga melek lingkungan. Dikutip dari laman dlhbontang.id, peran Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menjadi krusial dalam mengawal implementasi kebijakan pendidikan hijau di berbagai jenjang.
Mengapa Pendidikan Lingkungan Menjadi Urgensi Nasional?
Pendidikan lingkungan kini menjadi prioritas nasional. Menurut laporan KLHK tahun 2023, hanya sekitar 30% masyarakat Indonesia yang memiliki kesadaran tinggi terhadap isu lingkungan. Rendahnya tingkat kepedulian ini menjadi tantangan besar bagi masa depan keberlanjutan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus berperan aktif dalam membangun pola pikir dan kebiasaan ramah lingkungan di kalangan siswa dan mahasiswa.
DLH bersama Kementerian Pendidikan terus mengintegrasikan pendekatan hijau dalam kebijakan pendidikan. Tujuannya bukan hanya menambah wawasan, tetapi menanamkan budaya hidup selaras dengan alam sebagai bagian dari karakter bangsa.
Konsep Sekolah dan Kampus Hijau di Indonesia

Sekolah dan kampus hijau merupakan konsep yang menggabungkan kegiatan akademik dengan praktik berkelanjutan. Pendekatan ini menitikberatkan pada penghematan sumber daya, pengelolaan limbah, serta penerapan nilai-nilai ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup telah meluncurkan berbagai program seperti Sekolah Adiwiyata dan Kampus Berkelanjutan. Keduanya menjadi wadah bagi lembaga pendidikan untuk bertransformasi menjadi institusi yang peduli terhadap keberlanjutan.
1. Sekolah Adiwiyata: Mendidik dari Aksi Nyata
Sekolah Adiwiyata berfokus pada pembiasaan perilaku ramah lingkungan melalui tata kelola sekolah dan kegiatan belajar. Program ini mendorong siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan seperti penghijauan, daur ulang sampah, dan hemat energi. DLH turut mengawasi implementasinya agar setiap sekolah dapat memenuhi indikator keberlanjutan yang telah ditetapkan.
2. Kampus Berkelanjutan: Ekosistem Inovatif untuk Perubahan
Kampus berkelanjutan berfungsi sebagai pusat inovasi yang mendorong riset dan pengembangan teknologi hijau. Beberapa universitas di Indonesia telah mengimplementasikan program ini, termasuk UI dan ITB, yang mengembangkan gedung hemat energi dan laboratorium pengelolaan limbah. Upaya tersebut menjadi contoh konkret bagaimana pendidikan tinggi dapat berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan.
Strategi Mewujudkan Sekolah dan Kampus Hijau
Untuk menciptakan sekolah dan kampus hijau, diperlukan strategi yang sistematis. Langkah-langkah berikut menjadi fondasi penting dalam penerapan program hijau di lembaga pendidikan.
1. Pengelolaan Sampah Berbasis 3R
Sampah masih menjadi persoalan utama di banyak sekolah dan kampus. Program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) perlu dijalankan melalui pemilahan sampah, pembuatan kompos, dan pengelolaan bank sampah. Beberapa DLH daerah menyediakan pelatihan dan sarana pendukung agar kegiatan 3R dapat berjalan efektif.
2. Pemanfaatan Energi Terbarukan
Sekolah dan kampus dapat memanfaatkan energi matahari melalui pemasangan panel surya untuk kebutuhan listrik dasar. Langkah ini tidak hanya efisien, tetapi juga menjadi sarana edukatif bagi siswa. DLH mendorong penerapan teknologi energi terbarukan ini dengan memberikan panduan teknis serta pelatihan penggunaan.
3. Integrasi Kurikulum Lingkungan
Pendidikan lingkungan harus menjadi bagian integral dari kurikulum. Guru dapat mengaitkan pelajaran IPA, IPS, dan PPKn dengan isu lingkungan agar pembelajaran menjadi kontekstual. DLH dapat menjadi mitra sekolah dalam menyediakan modul edukatif berbasis isu lokal.
4. Aktivisme Mahasiswa dan Komunitas Hijau
Mahasiswa memiliki peran penting dalam kampanye hijau. Melalui organisasi lingkungan, mereka dapat menginisiasi kegiatan seperti kampanye bebas plastik, tanam pohon, dan penghematan energi. Sinergi antara universitas, mahasiswa, dan DLH menghasilkan dampak sosial yang signifikan dalam menumbuhkan kesadaran publik.
Tantangan dan Solusi dalam Implementasi Sekolah Hijau
Meskipun memiliki potensi besar, penerapan konsep sekolah dan kampus hijau menghadapi sejumlah hambatan.
1. Keterbatasan Anggaran dan Infrastruktur
Banyak sekolah masih kesulitan membiayai program hijau. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga donor. DLH dapat berperan sebagai fasilitator dalam menyalurkan bantuan CSR atau dana hibah lingkungan ke sekolah.
2. Rendahnya Kesadaran dan Partisipasi
Kurangnya edukasi menjadi faktor utama lambatnya implementasi. DLH daerah dapat menggelar pelatihan, lomba kebersihan, dan program edukatif agar partisipasi masyarakat sekolah meningkat.
3. Kurangnya Koordinasi Antarinstansi
Kebijakan pendidikan hijau membutuhkan sinergi lintas sektor. Kolaborasi antara Dinas Pendidikan, DLH, dan organisasi lingkungan harus diperkuat untuk memastikan keberlanjutan program.
Dampak Positif Sekolah dan Kampus Hijau
Program sekolah dan kampus hijau membawa banyak manfaat bagi generasi muda maupun lingkungan sekitar.
1. Menumbuhkan Kesadaran Ekologis
Melalui pembelajaran kontekstual, siswa memahami bahwa tindakan kecil seperti menghemat air dan listrik dapat memberi dampak besar bagi bumi. DLH berperan aktif dalam memberikan edukasi lapangan tentang pentingnya perilaku hijau.
2. Membentuk Karakter dan Kepedulian Sosial
Pendidikan lingkungan membantu membangun karakter tangguh dan bertanggung jawab. Siswa dilatih untuk berpikir kritis serta memiliki empati terhadap masalah sosial dan ekologis.
3. Mendukung Pencapaian SDGs Nasional
Sekolah dan kampus hijau secara langsung berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama poin ke-4 (Pendidikan Berkualitas) dan ke-13 (Aksi Iklim). DLH memastikan setiap inisiatif lokal mendukung target nasional ini.
Menatap Masa Depan Pendidikan Hijau di Indonesia
Tren global menunjukkan bahwa pendidikan berkelanjutan menjadi arah baru pembangunan manusia. Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pionir di Asia Tenggara melalui kolaborasi antarsektor. Pemerintah daerah dapat menggandeng DLH, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk memperluas jangkauan program hijau.
Ke depan, sekolah dan kampus hijau bukan lagi sekadar simbol, melainkan kebutuhan. Pendidikan hijau adalah investasi jangka panjang untuk membangun generasi yang tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan, tetapi juga bertanggung jawab terhadap bumi tempatnya berpijak.